Kebutuhan pipa baja di Indonesia cukup besar dan cenderung meningkat setiap tahunnya. Setiap tahun, industri membutuhkan lebih dari 1,5 juta ton pipa baja berdasarkan berita yang dilansir oleh CNN Indonesia. Sayangnya, jumlah yang besar ini tidak bisa dicukup oleh dalam negeri. Perusahaan pipa baja di Indonesia hanya mampu mencukupi sekitar 60 persen atau 900 ribu ton per tahun.

Kekurangan pasokan pipa baja ini akhirnya dicukupi dari impor. Setiap tahun Indonesia harus memasukkan 600 ribu ton pipa baja yang berasal dari negara-negara produsen seperti Korea Selatan dan Jepang.

Sebenarnya perusahaan pipa baja di dalam negeri bisa saja memenuhi kebutuhan impor ini. Namun, beberapa permasalahan justru muncul sehingga mereka memilih untuk memproduksi pipa dalam jumlah terbatas.

Permasalahan Industri Pipa Baja di Indonesia

Perusahaan Pipa Baja Indonesia - ranapsimanjuntak.files.wordpress.com

Perusahaan Pipa Baja Indonesia – ranapsimanjuntak.files.wordpress.com

Berikut permasalahan pada industri baja yang melanda Indonesia sehingga perlu mendapatkan perhatian dari banyak pihak termasuk pemerintah.

  • Interest Rate yang Tinggi

Suku bunga atau interest rate yang tinggi pada bank mempengaruhi banyak aspek perekonomian di Indonesia. Kalau interest rate tinggi, kemampuan berbelanja akan rendah. Industri juga akan mengalami gangguan sehingga mereka akan mengalami kekurangan bujet untuk membeli sesuatu terutama untuk kredit.

Di industri pipa baja, interest rate berpengaruh pada ketersediaan bahan baku. Tidak semua perusahaan pipa baja mendapatkan bahan baku dengan cara beli secara tunai. Banyak dari mereka bekerja sama dengan perusahaan tambah dan pembayarannya dilakukan secara kredit.

Kalau suku bunga naik signifikan, mau tidak mau perusahaan harus membayar lebih. Selanjutnya kalau perusahaan tidak ingin mengalami defisit anggaran, mereka harus memangkas bahan baku dan berdampak pada menurunnya produksi pipa baja. Keadaan yang cukup sulit ini membuat kebutuhan pipa baja dalam negeri tidak bisa dicukupi.

  • Pajak

Pajak juga menjadi salah satu penyebab mengapa produksi pipa baja dalam negeri tidak pernah bisa mencukupi pasar. Hampir sama dengan masalah suku bunga yang tinggi, pajak akan membebani perusahaan sehingga produksi pipa baja harus dikurangi agar pengeluaran tidak banyak dan akhirnya mengurangi untung.

Pemerintah sudah sepantasnya memperhatikan masalah pajak yang dibebankan kepada industri. Kalau pajak terlalu tinggi dan cenderung tidak masuk akal, perusahaan pipa baja di Indonesia akan pasrah mengabaikan permintaan yang besar dan menyerahkan pihak lain untuk mengimpor.

  • Tarif Listrik yang Terus Naik

Dalam beberapa tahun terakhir, tarif dasar listrik di Indonesia terus mengalami kenaikan yang signifikan. Kenaikan listrik yang cukup besar ini membebani industri sehingga mereka harus mengerem jumlah produk yang dihasilkan. Kalau pipa baja diproduksi terus-menerus tanpa mempertimbangkan pengeluaran, perusahaan bisa saja merugi.

Untuk bisa mempertahankan jumlah pipa baja yang dihasilkan serta mencukupi kebutuhan dalam negeri, perusahaan harus mempertimbangkan dua hal. Pertama, menaikkan harga dari pipa baja yang bisa berakibat pada merosotnya permintaan. Kedua, mengambil risiko untuk tetap menjual dengan harga yang sama meski untung yang didapatkan sedikit.

  • Beban Logistik yang Tinggi

Beban logistik adalah biaya yang dibebankan pada produk dari sebuah industri. Kalau beban logistik tinggi, harga barang akan naik atau kalau perusahaan tidak mau menaikkannya mereka harus memangkas keuntungan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh LIPI, beban atau biaya logistik di Indonesia yang terbesar di ASEAN. Beban yang ada saat ini sekitar 25-30% dari PDB atau 17% dari biaya produksi.  Seharunya, biaya ideal untuk logistik hanya 15% saja.

Biaya logistik yang meningkat membuat perusahaan pipa baja di Indonesia jadi membatasi produksi. Mereka tidak mau muluk-muluk memenuhi pasar kalau akhirnya merugi. Kalau saja biaya logistik di negeri ini bisa keci seperti Malaysia atau Singapura yang berada di bawah 10% biaya produksi, industri bisa berkembang lebih pesat.

Saat ini kebutuhan pipa baja yang tidak bisa dipenuhi didatangkan langsung dari luar negeri dengan biaya logistik yang lebih murah. Bukankah hal ini sangat kontras dan menjadi ironi. Saat biaya logistik ke luar pulau lebih mahal, biaya dari luar negeri lebih murah.

  • Stigma Negatif Kualitas Pipa Baja

Masalah terakhir yang menjadi polemik di kalangan produsen pipa baja yang ada di Indonesia adalah kualitas. Beberapa perusahaan dalam negeri yang membutuhkan pipa baja menganggap kalau kualitas produk di sini tidak baik. Akhirnya mereka lebih memilih mendatangkan dari Korea Selatan yang kualitasnya terjamin dan harganya lebih murah.

Saat ini perbedaan harga pipa baja antara produk lokal dan luar negeri adalah 25%. Kalau saja beban pada poin 1 hingga 4 bisa dihilangkan kapasitas produksi bisa ditingkat atau setara dengan produksi dari Korea Selatan.

Untuk masalah stigma negatif terkait kualitas, perusahaan pipa baja di Indonesia bisa melakukan perbaikan mutu atau branding. Masyarakat harus diedukasi agar tahu kalau produk lokal tidak kalah dengan produksi luar negeri.

Berbagai masalah yang di uraian di atas menyebabkan perusahaan harus terbebani hingga 20% dari total biaya dasar. Kalau saja beban itu bisa dihilangkan, industri pipa baja di Indonesia bisa lebih maju dan perusahaan yang membutuhkannya tidak perlu impor.

Perusahaan Pipa Baja di Indonesia

Perusahaan Pipa Baja Indonesia - cdn.metrotvnews.com

Perusahaan Pipa Baja Indonesia – cdn.metrotvnews.com

Di tengah permasalahan pasokan pipa baja di Indonesia, perusahaan-perusahaan di bawah ini mampu bertahan dan menghasilkan produk terbaik.

  • PT Spindo

PT Spindo (Steel Pipe Industry of Indonesia) adalah salah satu perusahaan pipa besi paling tua di Indonesia. Dibuka pertama kali pada tahun 1971, perusahaan yang beralamat di Jalan Kalibuluh 189-191 ini tetap eksis untuk menghasilkan pipa baja terbaik untuk kebutuhan industri di Indonesia baik sekala besar atau menengah.

Saat ini PT Spindo memiliki 5 unit pabrik yang semuanya berada di Pulau Jawa. Di kawasan Surabaya, perusahaan ini berdiri di 3 tempat. Pertama di Rungkut Industri I yang memproduksi straight wielded steel pipe (ERW) dan baja industri umum. Selanjutnya di Rungkut Industri II, di tempat ini PT Spindo memproduksi ERW dan menyediakan layanan Galavanization. Terakhir di Warugunung yang menghasilkan ERW dan pipa baja standar.

Dua unit pabrik lain dari PT Spindo berada di Beji, Pasuruan dan Kawasan Industri Mitra Karawang. Di dua tempat ini, perusahaan yang sudah memiliki sertifikat ISO ini memproduksi spiral welded steel pipe dan pipa untuk kebutuhan otomotif.

  • PT Bakrie Pipe Industries

PT Bakrie Pipe Industries yang merupakan anak perusahaan PT Bakrie Brothers Tbk didirikan pada tahun 1981. Perusahaan ini memproduksi pipa baja untuk keperluan perminyakan, gas, saluran air, telepon, dan pipa konstruksi pada infrastruktur.

Pabrik dari PT BPI ini berada di kawasan Bekasi, Jawa Barat dengan total luas wilayah produksinya 38 hektare. Saat ini perusahaan yang menyuplai banyak pipa baja di Indonesia ini mengoperasikan 5 mesin canggih yang mampu menghasilkan pipa dengan spesifikasi yang berbeda-beda.

Inilah uraian tentang permasalahan perusahaan pabrik baja di Indonesia dan contoh perusahaannya. Semoga bermanfaat untuk kita semua.